7 NEGARA YANG BANGKRUT PASCA COVID-19
7 NEGARA YANG BANGKRUT PASCA COVID-19
Berbagai negara di dunia pernah atau sedang menghadapi krisis ekonomi parah akibat terlilit utang yang besar. Krisis ini sering kali terjadi karena kombinasi dari salah urus ekonomi, kebijakan fiskal yang tidak berkelanjutan, dan kejadian global seperti pandemi COVID-19. Beberapa negara bahkan mengalami kebangkrutan atau gagal bayar utang yang menyebabkan krisis sosial dan politik yang mendalam. Berikut adalah tujuh negara yang mengalami kebangkrutan atau gagal bayar akibat terlilit utang:
Sri Lanka
Sri Lanka menjadi salah satu contoh paling terkenal dari negara yang bangkrut karena terlilit utang, terutama selama dan setelah pandemi COVID-19. Pada tahun 2022, negara ini mengalami krisis ekonomi yang sangat parah hingga pemerintah menyatakan gagal bayar utang luar negeri senilai sekitar $51 miliar. Pandemi memperburuk ekonomi yang sudah rapuh, menghancurkan industri pariwisata yang menjadi andalan negara tersebut, serta memperparah defisit perdagangan.
Pemerintah Sri Lanka menghadapi inflasi yang sangat tinggi, kekurangan bahan bakar, obat-obatan, dan makanan pokok. Krisis ini memicu protes besar-besaran yang akhirnya menyebabkan jatuhnya pemerintah. Selain itu, utang luar negeri yang membengkak, sebagian besar dari Tiongkok, memperburuk kondisi ekonomi negara ini.
2. Lebanon
Lebanon juga mengalami kebangkrutan finansial akibat utang yang tidak terkendali, dan pandemi COVID-19 hanya mempercepat keruntuhan ekonomi negara ini. Pada Maret 2020, Lebanon gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kali dalam sejarah. Krisis ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk salah kelola ekonomi, korupsi, dan krisis politik yang berlarut-larut.
Selain itu, ledakan besar di Pelabuhan Beirut pada Agustus 2020 semakin memperparah situasi. Mata uang Lebanon, lira, mengalami devaluasi besar-besaran, dan tingkat inflasi melonjak hingga mencapai level yang sangat tinggi. Krisis ini mengakibatkan kemiskinan meluas, kekurangan bahan pangan, serta krisis energi yang parah.
3. Argentina
Argentina adalah negara yang sering kali mengalami krisis utang, dengan beberapa kali gagal bayar utang dalam sejarah modernnya. Salah satu krisis utang terbesar terjadi pada tahun 2020, di mana Argentina gagal membayar utangnya sebesar $65 miliar dan harus melakukan restrukturisasi dengan para kreditor.
Pandemi COVID-19 memperburuk situasi ekonomi yang sudah tidak stabil, menghancurkan sektor-sektor utama seperti industri dan pertanian. Tingkat inflasi yang tinggi, devaluasi mata uang, dan pengangguran yang melonjak memperburuk krisis ini. Meskipun Argentina berhasil menegosiasikan ulang sebagian utangnya, negara ini tetap berada dalam posisi keuangan yang sangat rentan dan masih berjuang dengan utang yang besar.
4. Zambia
Zambia adalah salah satu negara Afrika yang mengalami krisis utang akibat ketergantungan pada komoditas, terutama tembaga. Pada November 2020, Zambia menjadi negara Afrika pertama yang gagal membayar utang selama pandemi. Harga tembaga yang anjlok, serta penurunan pendapatan negara akibat lockdown global, membuat negara ini tidak mampu membayar utang luar negeri yang mencapai miliaran dolar.
Zambia memiliki utang besar kepada kreditor internasional, termasuk Tiongkok. Akibat gagal bayar ini, negara tersebut harus bernegosiasi dengan IMF dan kreditor lainnya untuk mendapatkan bantuan dan restrukturisasi utang. Krisis ini menyebabkan inflasi melonjak, nilai mata uangnya jatuh, dan tingkat kemiskinan meningkat.
5. Venezuela
Venezuela telah mengalami krisis ekonomi yang panjang dan parah sejak beberapa tahun terakhir, namun pandemi COVID-19 memperburuk situasi ini. Negara yang kaya akan minyak ini mengalami keruntuhan ekonomi karena salah urus pemerintah dan sanksi internasional. Venezuela sudah lama berada dalam kondisi hiperinflasi, dan utang luar negeri yang membengkak membuat negara ini sulit untuk membayar utangnya.
Venezuela telah gagal membayar beberapa kali pada tahun-tahun sebelumnya dan terus berjuang dengan beban utang yang besar. Krisis ini menyebabkan kemiskinan meluas, kelangkaan barang pokok, dan eksodus besar-besaran penduduknya yang mencari perlindungan di negara-negara tetangga.
6. EkuadorĀ
Ekuador juga mengalami kesulitan dalam membayar utang luar negeri akibat pandemi. Pada tahun 2020, Ekuador gagal membayar utang senilai $17 miliar dan terpaksa melakukan negosiasi dengan kreditor internasional untuk menunda pembayaran dan mengajukan restrukturisasi.
Pandemi memperburuk krisis ekonomi negara ini, di mana penurunan harga minyak, yang merupakan salah satu ekspor utama Ekuador, membuat pendapatan negara menurun drastis. Krisis ini menyebabkan peningkatan pengangguran, kemiskinan, dan tekanan sosial di negara tersebut.
7. Mozambik
Mozambik mengalami krisis utang besar yang terungkap pada tahun 2016, ketika skandal “utang tersembunyi” melibatkan miliaran dolar utang yang tidak diungkapkan kepada publik. Negara ini tidak mampu membayar kembali utang tersebut, yang sebagian besar digunakan untuk proyek infrastruktur yang korup dan tidak berfungsi.
Meskipun Mozambik mendapatkan bantuan dari IMF dan kreditor lainnya, krisis ini menyebabkan reputasi keuangan negara hancur dan menambah beban utang yang sudah besar. Pandemi COVID-19 memperburuk situasi ekonomi Mozambik, menyebabkan kemerosotan lebih lanjut dalam pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan.
Jangan lewatkan cerita menarik lainnya, klikĀ di sini