MOMEN-MOMEN TAK TERLUPAKAN DALAM SEJARAH OLIMPIADE
MOMEN-MOMEN TAK TERLUPAKAN DALAM SEJARAH OLIMPIADE
Olimpiade pertama kali diadakan di Yunani di dataran Olympia, Yunani pada tahun 776 SM, dari sanalah nama “Olimpiade” berasal! Olimpiade digelar empat tahun sekali sebagai bentuk penghormatan terhadap akar historis Olimpiade kuno, yaitu penyelenggaraan yang dilakukan secara berkala setiap empat tahun di Olympia.
Empat tahun dianggap waktu yang cukup bagi negara-negara terutama atlet untuk mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade, meliputi pelatihan atlet, kualifikasi nasional, pembangunan infrastruktur, dan perencanaan acara.
Olimpiade modern, sejak dimulai kembali pada tahun 1896, telah menyaksikan banyak momen yang mengesankan dan bersejarah. Berikut adalah beberapa momen tak terlupakan dalam sejarah Olimpiade:
Olimpiade Berlin 1936 – Jesse Owens
Jesse Owens memang sangat terkenal karena prestasinya yang luar biasa di Olimpiade Berlin 1936, di mana ia memenangkan empat medali emas dan secara simbolis mempermalukan ideologi Nazi yang mendukung superioritas ras Arya.
Prestasi Owens di Berlin tidak hanya menunjukkan kemampuan atletiknya yang luar biasa, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap rasisme dan diskriminasi. Meskipun Adolf Hitler berharap Olimpiade 1936 akan memamerkan superioritas ras Arya, kemenangan Owens membuktikan sebaliknya.
Owens menjadi pahlawan global dan ikon bagi banyak orang, terutama bagi komunitas Afrika-Amerika, dengan menunjukkan bahwa keunggulan atletik dan kemanusiaan tidak dibatasi oleh warna kulit atau asal usul etnis.
Olimpiade Mexico City 1968 – Salam Black Power
Olimpiade Mexico City 1968 dikenang karena momen ikonik yang dikenal sebagai “Salam Black Power.” Tommie Smith dan John Carlos, dua sprinter Amerika Serikat, memainkan peran utama dalam insiden tersebut.
Tommie Smith memenangkan medali emas dalam lomba lari 200 meter, sementara John Carlos memenangkan medali perunggu dalam perlombaan yang sama.
Selama upacara penyerahan medali, Smith dan Carlos berdiri di podium dengan kepala tertunduk dan mengangkat tinju mereka yang memakai sarung tangan hitam. Ini adalah simbol Black Power dan solidaritas dengan gerakan hak-hak sipil yang sedang berlangsung di Amerika Serikat.
Tindakan Smith dan Carlos di podium tersebut menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam olahraga dan gerakan hak-hak sipil, menunjukkan bagaimana atlet dapat menggunakan platform mereka untuk memprotes ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan sosial.
Olimpiade Munich 1972 – Serangan Teroris
Serangan teroris dalam Olimpiade Munich merupakan momen yang paling menyedihkan dalam sejarah olimpiade. Serangan tersebut terjadi pada tanggal 5 September 1972 di Desa Olimpiade di Munich, Jerman Barat. Kelompok teroris Palestina bernama Black September yang bertanggung jawab atas serangan ini.
Teroris menyusup ke Desa Olimpiade dan menyerang apartemen yang dihuni oleh anggota tim Olimpiade Israel. Mereka menembak dua atlet Israel dan menyandera sembilan lainnya, menuntut pembebasan 234 tahanan Palestina yang ditahan di Israel dan dua pemimpin Jerman Kiri.
Negosiasi berlangsung sepanjang hari, namun berakhir dengan gagal. Upaya penyelamatan dilakukan di Bandara Fürstenfeldbruck, tetapi berakhir dengan bencana ketika baku tembak terjadi antara teroris dan polisi.
Semua 11 sandera Israel tewas, serta seorang polisi Jerman Barat dan lima dari delapan teroris. Dua teroris lainnya ditangkap tetapi kemudian dibebaskan setelah pembajakan pesawat Lufthansa oleh kelompok teroris lain.
Karena serangan teror tersebut, Olimpiade dihentikan selama 24 jam untuk mengenang para korban, kemudian dilanjutkan kembali. Keamanan di ajang olahraga internasional ditingkatkan secara signifikan setelah insiden ini.
Israel melancarkan operasi balas dendam yang disebut “Operasi Wrath of God” untuk memburu dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Serangan Munich 1972 mengubah cara dunia memandang keamanan di acara olahraga internasional dan meninggalkan bekas mendalam pada sejarah Olimpiade.
Olimpiade Seoul 1988 – Ben Johnson
Ben Johnson memenangkan medali emas dalam lomba lari 100 meter putra dengan catatan waktu 9,79 detik, yang saat itu merupakan rekor dunia baru. Johnson mengalahkan rival-rival utamanya, termasuk Carl Lewis dari Amerika Serikat dan Linford Christie dari Inggris.
Hanya tiga hari setelah memenangkan medali emas, Ben Johnson dinyatakan positif menggunakan stanozolol, sebuah steroid anabolik. Komite Olimpiade Internasional (IOC) mencabut medali emasnya dan membatalkan rekornya.
Medali emas kemudian diberikan kepada Carl Lewis, yang finis kedua dalam lomba tersebut. Johnson diberi sanksi dan dilarang berkompetisi selama dua tahun. Insiden ini mengguncang dunia olahraga dan menyoroti masalah penggunaan doping dalam atletik.
Skandal ini memicu peningkatan pengawasan terhadap penggunaan doping dalam olahraga. Banyak federasi olahraga meningkatkan pengujian anti-doping dan mengadopsi kebijakan yang lebih ketat untuk mencegah penggunaan zat terlarang. Johnson kembali berkompetisi setelah masa hukumannya, tetapi dia tidak pernah mencapai puncak performa seperti sebelumnya dan akhirnya pensiun dari atletik.
Olimpiade Barcelona 1992 – Kembalinya Tim Basket AS (“Dream Team”)
Olimpiade Barcelona merupakan momen kembalinya Tim Basket AS “The Dream Team.” Tim ini terdiri dari beberapa pemain NBA terbaik sepanjang masa, termasuk Michael Jordan, Magic Johnson, Larry Bird, Charles Barkley, Karl Malone, John Stockton, Scottie Pippen, Patrick Ewing, David Robinson, Chris Mullin, Clyde Drexler, dan Christian Laettner (satu-satunya pemain amatir dalam tim).
Sebelum 1992, pemain NBA tidak diizinkan berkompetisi di Olimpiade. Namun, peraturan diubah, memungkinkan pemain profesional untuk berpartisipasi. Tim ini dibentuk sebagai respons terhadap penampilan mengecewakan tim AS di Olimpiade sebelumnya, di mana mereka hanya meraih medali perunggu di Seoul 1988.
Dream Team mendominasi setiap pertandingan dengan kemenangan yang sangat meyakinkan. Mereka memenangkan semua delapan pertandingan dengan selisih rata-rata 43,8 poin per pertandingan.
Mereka mengalahkan Angola, Kroasia, Jerman, Brasil, Spanyol, Puerto Rico, Lithuania, dan Kroasia (lagi) di final untuk meraih medali emas. Di final, mereka mengalahkan Kroasia dengan skor 117-85.
Penampilan Dream Team mengubah pandangan dunia terhadap basket internasional dan meningkatkan popularitas NBA secara global.
Olimpiade Beijing 2008 – Michael Phelps
Olimpiade Beijing 2008 adalah momen bersejarah bagi Michael Phelps, yang membuat pencapaian luar biasa dengan memenangkan delapan medali emas dalam satu Olimpiade, memecahkan rekor tujuh medali emas yang sebelumnya dipegang oleh Mark Spitz sejak Olimpiade 1972.
Phelps menjadi atlet yang paling banyak meraih medali emas dalam satu Olimpiade dan mengokohkan posisinya sebagai salah satu atlet Olimpiade terbesar sepanjang masa. Prestasinya di Beijing meningkatkan popularitas renang dan memberikan inspirasi bagi generasi perenang berikutnya.
Phelps melanjutkan kariernya yang gemilang dengan memenangkan total 23 medali emas Olimpiade sepanjang kariernya, menjadikannya atlet Olimpiade paling sukses dalam sejarah.
Olimpiade London 2012 – Usain Bolt
Olimpiade ini merupakan momen bersejarah dalam dunia atletik dimana pelari Jamaika, Usain Bolt, mempertahankan gelar juara di nomor 100 meter dan 200 meter, menjadi atlet pertama yang berhasil mempertahankan gelar tersebut dalam dua Olimpiade berturut-turut.
Bolt mengukuhkan dirinya sebagai legenda olahraga, menjadi atlet pertama yang mempertahankan gelar 100 meter dan 200 meter dalam dua Olimpiade berturut-turut.
Penampilannya yang karismatik dan dominan membuatnya menjadi salah satu ikon paling dikenal dalam olahraga global.
Bolt meningkatkan popularitas atletik dan menginspirasi generasi baru pelari di seluruh dunia.
Olimpiade Tokyo-2020, Dua Atlet Berbagi Medali Emas
Atlet Qatar Mutaz Barshim dan Gianmarco Tamberi dari Italia berbagi medali emas nomor lompat tinggi putra Olimpiade Tokyo 2020. Persaingan lompat tinggi Olimpiade berakhir dramatis setelah Barshim dan Tamberi sama-sama mencatatkan lompatan setinggi 2,37m di Stadion Olympic.
Atlet Belarusia Maksim Nedasekau sebenarnya membukukan lompatan sama setinggi 2,37m, namun ia harus puas membawa pulang medali perunggu karena lebih banyak melakukan upaya gagal.
Tersisa dua atlet yaitu Barshim dan Tamberi. atlet sudah melakukan upaya lompatan 2,39m untuk menentukan pemenang namun selalu berujung kegagalan.
Barshim dan Tamberi akhirnya sepakat untuk berbagi medali emas dan mendapat persetujuan dari ofisial Olimpiade. Dalam 100 tahun olimpiade digelar, hal tersebut belum pernah terjadi.
Tamberi tercatat sebagai atlet kedua Italia yang berhasil meraih medali emas lompat tinggi di Olimpiade. Sebelumnya prestasi ini diukir Sara Simeoni di nomor lompat tinggi putri Olimpiade Moskow 1980.
Medali emas di Tokyo sangat berkesan dalam karier Tamberi. Pasalnya ia sempat mengalami cedera yang membuatnya nyaris pensiun.
Jangan lewatkan cerita menarik lainnya, klik di sini