SportsWorld

PENEMBAK JITU

SIMO HAYHA, PENEMBAK JITU PALING MEMATIKAN DI DUNIA

Sepanjang sejarah dunia, terdapat banyak nama para sniper yang kemudian diperdebatkan sebagai yang terbaik. Namun, jika yang dibicarakan adalah catatan membunuh, maka tak ada yang semematikan penembak jitu Finlandia, Simo Hayha.

Sosok sniper Finlandia ini jelas menjadi mimpi buruk bagi militer sesangar Rusia.

Bahkan mendengar nama sang penembak jitu saja, tentara negeri beruang merah mungkin bisa lari tunggang langgang.

Tak main-main, setiap peluru yang ditembakkan oleh sang penembak jitu telah membunuh ratusan lebih tentara Rusia.

Berkat kemampuannya itu, sang penembak jitu sampai dianggap tentara dengan kemampuan paling mematikan dalam sejarah perang, bahkan sampai sekarang belum ada yang bisa menandingi kehebatan atau jumlah kematian yang disebabkan oleh sniper yang satu ini.

Penembak Jitu Simo Hayna
Penembak Jitu Simo Hayna

Simo Hayha, yang dikenal sebagai “The White Death,” adalah salah satu penembak jitu paling legendaris dalam sejarah militer dunia. Kisahnya terjadi selama Perang Musim Dingin (Winter War) antara Finlandia dan Uni Soviet pada tahun 1939-1940. Berikut adalah kisah lengkap tentang kehidupannya dan pencapaiannya:

Simo Hayha lahir pada 17 Desember 1905 di sebuah desa kecil bernama Rautjärvi, yang terletak di dekat perbatasan Finlandia dengan Rusia. Dia tumbuh dalam keluarga petani yang sederhana dan mulai berburu sejak usia muda. Keterampilan menembaknya diasah melalui berburu di hutan-hutan yang bersalju di Finlandia, yang kemudian menjadi dasar dari karier militernya.

Pada 30 November 1939, Uni Soviet menginvasi Finlandia, memulai Perang Musim Dingin. Meskipun jumlah pasukan Finlandia jauh lebih sedikit, mereka menggunakan pengetahuan lokal dan taktik gerilya untuk melawan pasukan Soviet yang lebih besar dan lebih lengkap persenjataannya. Simo Hayha, yang sudah menjadi anggota Garda Nasional Finlandia (Suojeluskunta), bergabung dalam pertempuran di front timur laut Finlandia, di Karelian Isthmus.

Selama kurang dari 100 hari, Simo Hayha mencatatkan lebih dari 500 korban yang dikonfirmasi, menjadikannya penembak jitu paling mematikan dalam sejarah. Ia menggunakan senapan Mosin-Nagant M28/30, sebuah senapan bolt-action yang tidak dilengkapi dengan teleskop. Hayha lebih memilih bidikan besi karena lebih akurat dalam kondisi dingin, menghindari pantulan cahaya yang bisa mengungkap posisinya, dan mencegah pembekuan lensa teleskop.

Simo Hayha juga menggunakan teknik unik seperti menempatkan salju di mulutnya untuk mencegah uap napasnya terdeteksi oleh musuh. Ia mengenakan pakaian kamuflase putih untuk berbaur dengan lingkungan bersalju, yang membuatnya hampir tidak terlihat. Kondisi cuaca ekstrem dengan suhu hingga -40 derajat Celsius menjadi keuntungan bagi Hayha, yang terbiasa hidup dan beroperasi di kondisi tersebut.

Reputasi Hayha sebagai penembak jitu yang tak terlihat membuatnya sangat ditakuti oleh tentara Soviet. Mereka menyebutnya “Belaya Smert” (bahasa Rusia) atau “The White Death” (Maut Putih) karena ia tampaknya muncul entah dari mana untuk menewaskan musuhnya sebelum menghilang kembali ke hutan salju. Tentara Soviet mencoba berbagai cara untuk membunuhnya, termasuk mengerahkan penembak jitu khusus dan artileri, tetapi semuanya gagal.

Pada 6 Maret 1940, Simo Hayha terluka parah saat sebuah peluru artileri Soviet menghantam wajahnya, menghancurkan sebagian rahangnya dan pipinya. Meski cedera tersebut hampir fatal, ia berhasil selamat dan dirawat hingga pulih. Perang berakhir hanya beberapa hari setelah Hayha terluka, dengan Finlandia dan Uni Soviet menandatangani Perjanjian Perdamaian Moskow pada 13 Maret 1940.

Setelah pulih dari cedera yang serius, Hayha menjalani kehidupan yang relatif tenang sebagai petani di Finlandia. Meskipun ia jarang membicarakan pengalamannya selama perang, ia tetap dihormati sebagai pahlawan nasional. Hayha menjalani kehidupan yang panjang, meninggal dunia pada usia 96 tahun pada 1 April 2002.

Warisan Simo Hayha terus hidup sebagai contoh keberanian dan ketangguhan. Dia dianggap sebagai salah satu penembak jitu terbaik sepanjang masa, dan kisahnya menginspirasi generasi tentara dan penembak jitu di seluruh dunia. Hayha tidak hanya diingat karena jumlah korban yang ia capai, tetapi juga karena kemampuannya untuk bertahan hidup dan beroperasi dalam kondisi yang sangat ekstrem dengan kecerdasan, ketekunan, dan keberanian yang luar biasa.

“The White Death” tetap menjadi legenda dalam sejarah militer, dan namanya masih dibicarakan di kalangan profesional militer dan penembak jitu hingga hari ini.

Jangan lewatkan cerita menarik lainnya, klik di sini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *