World

JERMAN, NEGARA YANG HAMPIR MENUNDUKAN SEMUA NEGARA EROPA

JERMAN, NEGARA YANG HAMPIR MENUNDUKAN SEMUA NEGARA EROPA

Mengapa jerman bisa bangkit menjadi negara adidaya di perang dunia kedua, padahal di perang dunia pertama mereka kalah perang?

Sebelum Perang Dunia I, Jerman relatif baru bersatu sebagai negara pada tahun 1871 setelah Perang Franco-Prussia. Dengan unifikasi ini, Jerman yang dulunya terdiri dari berbagai kerajaan dan negara kecil, berhasil menyatukan kekuatan industri, ekonomi, dan militer mereka di bawah Kekaisaran Jerman yang dipimpin oleh Kaiser Wilhelm I dan Kanselir Otto von Bismarck. Dalam kurun waktu yang singkat, Jerman berubah menjadi salah satu negara industri terbesar di Eropa.

Industri yang berkembang pesat, terutama di sektor baja, kimia, dan teknologi militer, menjadi landasan bagi kebangkitan ekonomi dan militer Jerman. Pada akhir abad ke-19, Jerman menjadi negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, melampaui Inggris. Kemajuan teknologi, termasuk di bidang transportasi dan komunikasi, juga memperkuat posisi Jerman sebagai negara industri terkemuka.

Secara militer, Jerman memiliki tradisi panjang dalam disiplin dan strategi militer. Pengorganisasian militer yang sangat baik, terutama di bawah kepemimpinan Jenderal Helmuth von Moltke, menambah kekuatan tempur mereka. Strategi militer yang terorganisir dengan baik dan jaringan kereta api yang sangat maju memungkinkan Jerman untuk mengerahkan pasukannya dengan cepat dan efisien di berbagai front.

Selain itu, Jerman memiliki posisi geografis strategis yang memungkinkan mereka untuk mempengaruhi Eropa Tengah dan Timur serta menjadi pusat kekuatan benua. Negara-negara Eropa lainnya, seperti Prancis dan Rusia, merasa terancam oleh kebangkitan Jerman, yang mendorong terbentuknya aliansi-aliansi yang memicu ketegangan politik sebelum Perang Dunia I.

Pasukan Jerman memasuki Polandia
Pasukan Jerman memasuki Polandia

Jerman dalam Perang Dunia I

Ketika Perang Dunia I pecah pada tahun 1914, Jerman berada dalam posisi yang relatif kuat. Mereka memiliki tentara yang sangat terlatih dan siap untuk menghadapi perang di dua front: melawan Prancis di barat dan Rusia di timur. Mereka mengandalkan strategi “Schlieffen Plan” untuk menyerang Prancis melalui Belgia, dengan harapan menghancurkan Prancis dengan cepat sebelum Rusia dapat mengorganisir kekuatannya di timur.

Pada awal perang, Jerman menunjukkan keunggulan militer yang signifikan. Mereka berhasil mendorong tentara Prancis dan Inggris ke belakang, dan di Front Timur, mereka mengalahkan pasukan Rusia di beberapa pertempuran penting. Namun, meskipun awalnya sukses, perang berubah menjadi perang parit yang sangat memakan waktu dan sumber daya. Kekuatan Sekutu, termasuk Inggris, Prancis, dan akhirnya Amerika Serikat, menguasai lautan dan memutus suplai penting Jerman, yang menyebabkan kekurangan bahan makanan dan sumber daya di dalam negeri.

Kelelahan perang dan tekanan ekonomi yang semakin memburuk akhirnya menyebabkan kekalahan Jerman. Pada 1918, pemerintah Jerman menyerah dan menandatangani Perjanjian Versailles pada tahun 1919, yang membebankan sanksi berat pada Jerman, termasuk kerugian wilayah, pembayaran reparasi yang besar, dan pembatasan kekuatan militer.

Kemenangan dan Kekalahan di Perang Dunia II

Setelah kekalahan di Perang Dunia I, Jerman menghadapi krisis ekonomi dan politik yang mendalam. Perjanjian Versailles meninggalkan rasa sakit dan penghinaan yang mendalam di kalangan masyarakat Jerman. Kondisi ini memfasilitasi munculnya gerakan radikal, termasuk Partai Nazi di bawah kepemimpinan Adolf Hitler.

Di bawah Hitler, Jerman menjalani proses rearmasi (persenjataan kembali) dan pemulihan ekonomi yang cepat melalui kebijakan-kebijakan totaliter dan intervensi negara dalam ekonomi. Dalam waktu yang relatif singkat, Jerman sekali lagi menjadi kekuatan militer utama di Eropa. Hitler menggunakan propaganda yang kuat, nasionalisme ekstrem, dan kebijakan ekspansionis untuk memulai Perang Dunia II pada tahun 1939.

Pada awal Perang Dunia II, Jerman menggunakan taktik blitzkrieg, serangan kilat yang mengandalkan kekuatan mekanik dan mobilisasi cepat, untuk menaklukkan sebagian besar Eropa Barat dalam waktu singkat. Mereka berhasil menduduki Prancis, Belanda, Belgia, dan sebagian besar Eropa Tengah. Namun, seperti dalam Perang Dunia I, mereka akhirnya berhadapan dengan koalisi kekuatan besar yang sulit ditandingi dalam jangka panjang.

Ketika perang berlarut-larut, Jerman mulai menghadapi masalah yang sama seperti yang mereka hadapi dalam Perang Dunia I. Mereka tidak memiliki akses ke sumber daya alam yang cukup, terutama minyak, dan mengalami serangan besar-besaran dari Sekutu, terutama dari Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet. Invasi Uni Soviet yang gagal dan serangan Sekutu di Normandia pada tahun 1944 semakin melemahkan kekuatan Jerman. Pada akhirnya, Jerman tidak mampu bertahan menghadapi serangan gabungan dari Timur dan Barat.

Jerman berhasil bangkit sebagai kekuatan utama di Perang Dunia I karena keunggulan ekonomi, industri, dan militer yang didorong oleh modernisasi yang cepat dan efisiensi militer. Namun, mereka kalah di kedua perang dunia karena faktor-faktor strategis, diplomatik, dan logistik. Dalam Perang Dunia II, meskipun awalnya berhasil memenangkan sejumlah pertempuran besar, Jerman akhirnya kalah karena tidak dapat menghadapi tekanan dari koalisi kekuatan besar yang memiliki sumber daya dan logistik yang jauh lebih kuat.

Jangan lewatkan cerita menarik lainnya, klikĀ di sini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *