PEMILU TERUNIK DI DUNIA
PEMILU TERUNIK DI DUNIA, ADA YANG HANYA DIIKUTI SATU PARTAI
Pemilihan Umum merupakan pesta demokrasi terbesar di Indonesia. Kegiatan ini juga terjadi diberbagai negara di dunia. Namun, setiap negara memiliki cara unik dan berbeda dalam melaksanakannya. Berikut tujuh fakta menarik tentang pemilu di berbagai belahan dunia:
1. Pemungutan Suara Luar Angkasa di Amerika Serikat
Pemungutan suara luar angkasa di Amerika Serikat adalah mekanisme yang memungkinkan astronot untuk berpartisipasi dalam pemilihan, meskipun mereka berada di luar angkasa. Proses ini pertama kali dilakukan pada tahun 1997 setelah Texas mengesahkan undang-undang yang memungkinkan astronot yang tinggal di luar negara bagian atau di orbit untuk memberikan suara mereka.
2. Denda Jika Golput di Australia
Jika seseorang tidak memberikan suara, mereka akan menerima surat pemberitahuan dan diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa mereka tidak memilih. Jika alasan mereka tidak diterima, mereka akan dikenakan denda awal yang biasanya sekitar AUD 20 (l.k 200 ribu rupiah).
Jika denda awal tidak dibayar dalam waktu yang ditentukan, denda tersebut bisa meningkat, dan orang tersebut mungkin akan diminta untuk menghadiri pengadilan. Jika pengadilan memutuskan bahwa orang tersebut bersalah karena tidak memilih tanpa alasan yang sah, denda dapat ditingkatkan hingga AUD 180 (l.k 180 ribu rupiah) atau lebih, tergantung pada yurisdiksi dan keadaan spesifiknya.
Ada beberapa alasan yang dianggap sah untuk tidak memilih, seperti penyakit, keadaan darurat, atau jika seseorang tidak berada di negara itu pada hari pemilihan. Alasan-alasan ini perlu dibuktikan dan diterima oleh Komisi Pemilihan Australia (Australian Electoral Commission).
3. Pengamat Politik Dilarang Berkomentar Saat Pemilu di Selandia Baru
Jika seseorang tidak memberikan suara, mereka akan menerima surat pemberitahuan dan diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa mereka tidak memilih. Jika alasan mereka tidak diterima, mereka akan dikenakan denda awal yang biasanya sekitar AUD 20 (l.k 200 ribu rupiah).
Jika denda awal tidak dibayar dalam waktu yang ditentukan, denda tersebut bisa meningkat, dan orang tersebut mungkin akan diminta untuk menghadiri pengadilan. Jika pengadilan memutuskan bahwa orang tersebut bersalah karena tidak memilih tanpa alasan yang sah, denda dapat ditingkatkan hingga AUD 180 (l.k 180 ribu rupiah) atau lebih, tergantung pada yurisdiksi dan keadaan spesifiknya.
Ada beberapa alasan yang dianggap sah untuk tidak memilih, seperti penyakit, keadaan darurat, atau jika seseorang tidak berada di negara itu pada hari pemilihan. Alasan-alasan ini perlu dibuktikan dan diterima oleh Komisi Pemilihan Australia (Australian Electoral Commission).
4. Pemilu dengan Kelereng di Gambia
Pemilu di Gambia dikenal dengan penggunaan metode unik, yaitu pemungutan suara menggunakan kelereng. Metode ini telah digunakan sejak tahun 1965 dan menjadi ciri khas pemilu di negara tersebut.
Setiap kandidat dalam pemilu diwakili oleh sebuah kotak suara yang memiliki warna dan simbol yang berbeda. Kotak suara ini terbuat dari logam dengan lonceng di dalamnya, dan masing-masing kandidat memiliki satu kotak suara.
Pemilih diberikan sebuah kelereng saat mereka masuk ke tempat pemungutan suara. Mereka kemudian memasukkan kelereng tersebut ke dalam lubang di bagian atas kotak suara yang mewakili kandidat pilihan mereka. Ketika kelereng dijatuhkan ke dalam kotak, lonceng akan berbunyi, yang menandakan bahwa satu suara telah diberikan.
5. Chili Terapkan TPS Terpisah untuk Pria dan Wanita
Pemilu dengan TPS terpisah untuk pria dan wanita dimulai di Chili pada awal abad ke-20, setelah wanita memperoleh hak pilih pada tahun 1949 untuk pemilu nasional. Sistem ini bertujuan untuk memisahkan pemilih berdasarkan gender untuk alasan administratif dan sosial.
Pemilih pria dan wanita diarahkan ke TPS yang berbeda selama pemilu. Meskipun lokasi TPS bisa berada di satu area, TPS untuk pria dan wanita biasanya diatur di ruangan atau bangunan yang berbeda.
Salah satu alasan utama pemisahan ini adalah untuk memudahkan administrasi dan penghitungan suara, karena sistem pemilu Chili pada masa itu sangat berbeda bagi pria dan wanita, dengan daftar pemilih yang terpisah untuk kedua gender.
Pemisahan ini juga mencerminkan norma-norma sosial konservatif pada masa itu, di mana perbedaan gender sering kali diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pemilihan umum.
6. Pemilu Otoriter di Korea Utara
Korea Utara secara resmi adalah negara satu partai yang dipimpin oleh Partai Buruh Korea. Meskipun ada beberapa partai lain yang terdaftar, semuanya berkoalisi di bawah kendali Partai Buruh, yang berarti tidak ada oposisi politik nyata.
Pemilu diadakan untuk memilih anggota Majelis Rakyat Tertinggi (Supreme People’s Assembly), yang merupakan badan legislatif nasional Korea Utara. Pemilu ini biasanya diadakan setiap lima tahun.
Setiap daerah pemilihan hanya memiliki satu kandidat, yang telah disetujui sebelumnya oleh Partai Buruh Korea. Kandidat ini dipilih oleh partai dan tidak ada pilihan alternatif untuk dipilih oleh pemilih. Pemilih hanya dapat memilih untuk mendukung atau menolak kandidat tersebut.
Pemilih datang ke tempat pemungutan suara, dan di sana mereka diberikan surat suara dengan nama kandidat tunggal yang telah ditentukan.
Jika pemilih mendukung kandidat tersebut, mereka hanya perlu memasukkan surat suara ke dalam kotak. Jika mereka ingin menolak kandidat tersebut, mereka harus mencoret nama kandidat di hadapan petugas pemilu, yang jelas merupakan tindakan yang jarang terjadi karena tekanan sosial dan politik yang sangat besar.
Tingkat partisipasi yang diumumkan oleh pemerintah hampir selalu mendekati 100%, dan kandidat secara rutin memenangkan hampir 100% suara.
7. Bedak Kaki Memenangkan Pemilu di Ekuador
Pada tahun 1967, tibalah saatnya pemilihan umum di kota kecil Picoazà di Ekuador . Seperti banyak kota kecil lainnya, mereka menyelenggarakan pemilihan wali kota di komunitas mereka. Namun, pemilihan kali ini berbeda karena hasilnya menyatakan bahwa bubuk kaki bernama Pulvapies diumumkan sebagai pemenang.
Lucunya, bubuk kaki itu bukanlah kandidat yang disertakan pada daftar tetapi merupakan kandidat yang ditulis . Dengan kata lain, ketika massa keluar untuk memilih, mayoritas dari mereka entah bagaimana memutuskan untuk tidak memberikan suara mereka kepada siapa pun yang sudah ada di surat suara, melainkan menulis nama bedak kaki Pulvapies di lembar surat suara.
Sebelum pemilu tersebut Pulvapies merilis kampanye iklan yang sangat sukses yang dibuat agar terlihat seperti slogan pemilu, yang menyatakan: “Pilih kandidat mana pun, tetapi jika Anda menginginkan kesejahteraan dan kebersihan, pilih Pulvapies.” Pernyataan ini pasti beresonansi dengan orang-orang, karena itu menyebabkan bubuk kaki memenangkan pemilihan.
Jangan lewatkan cerita menarik lainnya, klik di sini